Kamis, 10 November 2016

Goa Tanding




Selamat sore, Kawan! Long time no see ya ( halah hahahaha ), Beberapa hari lalu, aku baru aja nyamperin tempat baru. Setelah gagal nge-trip sama temen-temen yang tepar di saat mau jalan, ya akhirnya berangkat  ditemani sama adik dan anakku. Yup! bertiga aja. Hahahaha

By the way, kemarin aku pergi ke Goa Tanding, FYI tempat wisata ini tergolong baru, karena memang baru dibuka sekitar lebaran tahun ini. Berapa bulan, ya? ah, hitunglah sendiri. Goa Tanding ini terletak tak jauh dari Wisata Gao Pindul, kurang lebuh 500 m. Goa ini adalah hulu dari Pindul. Karena tergolong masih baru, tempat ini belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan. Seperti pas kemarin aku ke sana. Sampai di lokasi sekitar jam 13.30, dan pengunjung pada saat itu cuma kita aja. hehehehehe berasa private trip ya. Tempat wisata ini terletak di Gelaran 2, Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul. Buka dari jam 08.00 - 16.00. Jika booking di luar jam itu tetep bisa kok, Guys. Bahkan malam pun, OK. Ya asal booking dulu ya. Sebelum ke sana pun , beberapa hari sebelumnya aku udan kontak-kontakan dulu sama pengelolanya ( cieeee jangan baper ). Kebetulan, aku dapat kontak personnya. Orangnya ramah kok, jadi tanya - tanya aja dulu ga masalah. Kalo udah OK , baru hubungi mereka lagi. Sedari pagi, mereka udah kontak aku, karena setiap kali ada pengunjung tim mereka akan menjemput di tempat yang ditentukan. Misal nih, kalo dari Jogjakarta lokasi penjemputan di Wonosari, sedangkan dari arah Praci lokasi penjemputan di SPBU Karangmojo. Atau kamu mau dijemput di tempat lain? Silahkan konsul saja ke mereka.

Stalaktit yang masih aktif



Di atas kita tu, ventilasi buatan



Goa ini termasuk gua horizontal di mana terdapat aliran sungai di dalamnya. Nama Goa Tanding ini berasal dari nama penemunya, namanya Mbah Tanding ( kalo ga salah namanya mbah Haryo Tanding.

Minggu, 25 September 2016

Jogja Flying Club



Yuk, ah nyicil nulis lagi. Hehehehehehehe. Dari judul di atas sudah pasti ada kaitannya sama aero sport, ya. Yups, sekitar jelang akhir tahun kemarin, pas ( seperti biasa ) iseng - iseng buka explore di instagram, nemu foto di mana ada orang naik semacam pesawat ringan semacam pesawat capung. Jadi pengen kan ikut nyobain. Nah, akhirnya setelah kepo sana - sini, ketemu deh kontaknya JFC.
JFC ( Jogja Flying Club ) adalah komunitas olah raga dirgantara cabang ultralight yang berlokasi di Adisucipto, Yogyakarta ( ini yang tertulis di deskripsi Instagramnya ), Jogja Flying Club juga wadah bagi siapa saja yang ingin menjadikan penerbangan sebagai hobi. Mereka juga melayani joyflight untuk umum. So, siapapun yang ingin nyoba, cuss langsung hubungi CP ( Contact Person ) yang ada di akun IG mereka.
Di sini ada 2 jenis tipe pesawat, yang satu jenis trike dan yang satunya jenis fixed wing
Trike
http://img.diytrade.com/cdimg/910292/8810471/0/1268902319/Cessna_182_fixed_wing_airplane_and_accessories.jpg
Fixed Wing
Kebetulan, waktu itu aku lebih tertarik nyoba yang trike. Menurutku lebih menantang. Selain itu, aku juga penasaran gimana rasanya nyentuh awan. Secara, kalau pakai pesawat biasa, mana bisa.hehehehe. Sebelum ke sana, baiknya hubungi mereka di awal. JFC hanya beroperasi ketika weekend saja. Semua flight start dari Adisucipto, kecuali paket Depok lokal. Beban Penumpang maximal 100 kilogram.. Dan pesawat hanya memiliki 2 seats, 1 pilot dan 1 penumpang. Sebisa mungkin, kita sampai di lokasi pukul 06.30 pagi. Dan karena aku di Wonogiri, jam 4 pagi udah OTW ma men. hahahahhaha. Masih ngantuk mata, udah berangkat ( Btw, thank you Pak Didik, udah nganter sesubuh itu. hehehehehehe ). Lokasinya di mana ? lewat pintu masuk AU. Biasanya, kita dijemput di depan. Kenapa ? kita kan ga punya ID untuk masuk ke sana, ga bisa sembarang orang bisa masuk kompleks ini ya. Jadi, kalau kita dijemput otomatis kita masuk pakai ID mereka.
Sebelum ikut joyflight kita harus mengisi form terlebih dahulu. O iya, jangan harap ketika kita datang kita bisa langsung terbang. Seperti halnya penerbangan komersil, kita harus menyesuaikan dengan dengan cuacanya. Kalau cuaca ga bersahabat, yaaaaa, gagal deh ya. Beruntungnya, ketika sampai di sana, aku hanya nunggu sekitar 1, 5 jam ( hanya ya. hhahahahha. Sekali lagi, kita nunggu cuaca OK ). Kita pun ga bisa sembarang terbang, karena kita satu lokasi dengan bandara Adisucipto, jadi kita harus mengikuti panduan dari menara ATC. Kita harus nunggu pesawat - pesawat komersil yang mau landing atau take off terlebih dahulu.
Kebetulan, kemarin aku mau nyoba yang jalur Borobudur. Awalnya takut - takut gitu pas mau take off, tapi begitu terbang, wuiiiiihhhhhh, ga pengen turun. hahhahahaha. Biasanya lihat Jogja dari bawah, nah ini bisa lihat Jogja dari atas. Dan yang di bawah berasa play set nya Barbie. hahahhahaha. Keren lah pokoknya. Setelah muterin Borobudur, waktunya balik ke Adisucipto, harusnya sih langsung ke sana, tapi kebetulan ada perintah kalau kita muter dulu aja di Monjali, karena akan ada pesawat yang mau landing terlebih dahulu. Aku sih seneng - seneng aja, waktunya jadi molor kan. hahahahha. Pas kita di atas Tugu Jogja ( harusnya di Monjali, tapi sama pilotnya diajak muter di Tugu ), padahal kita udah jauh dari pesawat yang mau landing tadi, tetiba pesawat kita seperti tertarik ke bawah, sampai - sampai alat komunikasi antara aku dan pilotnya kelepas. Kata mas Faslan ( si mas pilot ini ) kita masih terkena efek jet dari si pesawat yang barusan lewat. Kalau di darat semacam kita diasepin angkot. Tapi, karena kita disepin sama mesin jet, yah jadilah kita berasa ketarik ke bawah. Jujur deh pas itu sama sekali ga takut, seru malah. Hahahahahaha. Setelah, ada ijin buat balik, akhirnya kita balik lagi ke Adisucipto.

Sabtu, 24 September 2016

Masjid Tiban Wonokerso





Whats up buddies? yew ( ngikut si David ah hahahahhah ), ternyata udah setahunan ya  ga nulis di blog. Lagi banyak kerjaan selama setahun ini, padahal banyak banget yang mau diceritain. hehehehe. But , wait, atu - atu dulu yak. Ini nyempetin buat nulis di sela - sela dateline yang bikin menua mendadak. hahhahahahaha ( lebay, ah )
Yups, untuk pemanasan kali ini, aku mau ceritain soal Masjid Tiban, Wonokerso.Masjid ini terletak di kecamatan Baturetno, Wonogiri. Yes, lewat jalur Wonogiri ke timur, sampai Ngadirojo, ambil arah ke Pacitan. Ga usah takut ga ketemu, sudah ada papan penunjuknya kok untuk ke tempat ini ( gini ni kalo habis main ga langsung ditulis, ada aja bagian yang kelupaan, maafin yak ) cuma kalian harus jeli aja, karena papannya ga terlalu gede. hehehehhehehe.O iya, dari jalan utama, belok ke arah kiri, masuk ke perumahan penduduk, di sini kita sempat tanya sama beberapa orang letak pasti masjid Tiban. Ternyata, dari jalan utama ga terlalu jauh lho. Oiya, pas ke sana tahun lalu jalannya masih bebatuan ya, diselingi dengan jalan semen. Jalurnya tidak terlalu lebar, tidak muat untuk dua mobil.
Masjid yang disebut lebih dulu dibangun dari pada Masjid Demak ini, diberi tambahan bangunan baru dibagian depannya, sedangkan bangunan aslinya masih terbuat dari papan. Antara bangunan lama dan bangunan baru dihubungkan dengan sebuah pintu, dimana untuk masuk ke bangunan lama kita harus agak menunduk. Konon, menurut cerita, masjid ini dikenal atau ditemukan pertama kali oleh R.M Sahid atau yang lebih kita kenal sebagai Pangeran Sambernyowo. Untuk tau sejarahnya, di Masjid ini ditempelkan cerita / sejarahnya yang disusun oleh Bapak Ngadijo.