Senin, 02 Juli 2018

Tanjung Puting



Oke, kelamaan blog ga disentuh, sudah terlalu banyak sarang laba - laba nih jadinya. Hahahahahah. Setelah kelar kerjaan dan sibuk fangirlingan ( elaaahhhh tua juga...kkkkkk ), akhirnya ada waktu luang buat liat - liat blog lagi. Sambil nunggu Boyband favorit yang mau comeback ( hahahahah... tolong jangan ketawa, cukup aku saja ). Terlalu banyak story yang mau aku tulis, sih, tapi satu - satu dulu aja ya. Sambil nunggu petualangan seru lainnya. hehew
Yuk ah aku mulai aja.
Liburan kali ini aku manfaatin buat jalan - jalan ke Kalimantan. Kebetulan ada beberapa tempat juga yang aku kunjungi, tapi kali ini aku mau cerita salah satunya dulu ya. Berkunjung ke Kabupaten Kotawarinigin Barat, Kalimantan Tengah, ga lengkap rasanya kalau ga ke Taman Nasional Tanjung Puting. Cagar alam serta Suaka Margasatwa ini ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1937. Sedang pada tahun 1977, TN Tanjung Puting telah dimasukkan ke dalam Cagar Biosfer Indonesia oleh UNESCO. Di sini kita bisa melakukan banyak kegatan, diantaranya : mengamati burung, mengamati bekantan, mengamati orang utan, dll.

Hari Minggu kemarin tepatnya tanggal 1 Juli 2018, aku ,menyempatkan ke sana setelah ke pending 1 minggu. Kita bisa ke sana bisa dengan menyewa kelotok ( kira2 2,5 juta sehari tanpa makan, ya. Atau sekitar 4 juta jika dengan makan. Oh iya, ini tergantung paket juga tergantung besar kecilnya kelotok , ya ) atau dengan mengikuti open trip. Open trip ini hanya ada hari Sabtu-Minggu ya. Biayanya sekitar 150rb/orang. Atau kalau mau, dan ingin mengunjungi banyak tempat di Tanjung Puting, bisa menginap di sana dengan menyewa kelotok ( bisa menghubingi para penyedia paket wisata, ya). Atau mau menginap di penginapan sekitar Tanjung Puting? Ada juga kok, hehehehehe. Ynag mau pake speedboat boleh juga ya, biasa sewanya sekitar 800k.
Karena kemarin kita lagi pasang "mode hemat", akhirnya kita pilih ikut open trip. Jangan lupa, setiap kita akan berkunjung, kita harus reservasi sebelumnya ya. Sekitar pukul 07.45 pagi kita sudah sampai di Teluk Kumai, berangkat dari Pangkalan Bun sekitar pukul 7 lebih ( mampir sarapan dulu di Car Free Day Bundaran Pangkalan Bun hehehehe ). Sekitar pukul 08.30 kita berangkat dari dermaga Teluk Kumai ( yang merupakan pintu masuk ke Tanjung Puting ), dan butuh waktu sekitar 4 jam untuk sampai ke tempat tujuan, yaitu, Camp Leakey.

Teluk Kumai

Dari Teluk Kumai, kita berbelok masuk ke muara Sunga Sekonyer. Nah, Kalimantan + Tanjung Puting + Muara = ( apa yang kalian pikirkan?), Kalau aku, jujur, yang aku pikirkan pertama kali adalah, buaya. Hehehehehe. Padahal sebenanrnya buaya ga hanya ada di sini aja kan ya. Nah di kanan kiri Sungai Sekonyer ini kita disuguhi dengan tanaman nipah yang subur di sisi sungai. Di sini kita akan melewati 3 fase sungai ( ini istilah aku saja ya ). Yang pertama adalah muara sungai Sekonyer, yang kanan kirinya banyak ditumbuhi nipah. Yang ke dua, sungai dengan air keruh ( warna coklat ) yang banyak ditumbuhi pandan sungai di sisinya, dan yang ketiga, aliran sungai yang lebih sempit lagi, sungai dengan air jernih warna kemerahan yang merupakan air akar. Kalau sudah masuk di sungai ini tandanya kita sudah masuk cukup jauh ke dalam. Di kanan kirinya banyak pepohonan khas hutan. Selama perjalana ini dijamin ga bakalan bikin bosen kok, coba amati di kanan kiri sungai, di pepohonan yang tinggi. Jika kita cukup beruntung maka kita kan melihat berbagai burung ( meski cuma beberapa, aku termasuk beruntung bisa liat burung yang belum pernah aku liat sebelumnya ), monyet, atau bekantan. Nah, aku lumayan mujur di sini, meski tak banyak, tapi aku sering melihat bekantan ( yang hidungngnya mancung ) di pepohonan. Ada yang sendirian, ada yang melompat dari dahan ke dahan yang lain, ada juga yang asik dengan keluarganya ( elaaahhh ). Jujur ya, aku ngerasa excited banget di sini. Kenapa? Karena aku bisa ngelihat langsung, satwa liar di tempat dia hidup seharusnya, ga sekedar liat dia di kebun binatang. Rasanya beda, kepuasannya pun beda. Dan lebih beruntung lagi, aku ga liat buaya di sana. Katanya. mereka sembunyi karena suara kapal kelotok maupun speedboat. Oh iya, di sini, bagi pemancing atau pengunjung ada peraturan tidak tertulis, bahwa, kita tidak boleh menyebut nama "buaya", pamali katanya. Jadi, istilah itu diganti dengan "gigi jarang". Yups, itu sebutan buaya untuk di kawasan ini.

Bekantan lagi pada nongkrong :)


Aliran Sungai yang airnya lumayan jernih
 
Selama perjalanan, kita sering bertemu dengan kelotok - kelotok lain, yang sebagian besar di sewa secara private oleh turis asing, lho. Sebagian besar dari mereka menginap di Tanjung Puting dengan kelotoknya. Otomatis beserta crew dan guide juga ya. Oh iya untuk yang open trip jangan khawatir, ada guidenya juga, kok jadi kalian ga akan dibiarkan berkeliaran sendiri di sini. Kecuali, kalian memang warga di sekitar tanjung puting. Selama perjalana, kita juga akan menemui sejumlah perkampungan ( khas dengan rumah panggungnya ) maupun penginapan.
Setelah masuk ke sungai Sekonyer, kita harus berhenti dulu di tempat pemerikasaan tiket, tapi kita ga usah turun., cukup guide atau pemilik kapal saja yang turun. Setelah itu kita lanjut lagi menuju ke Camp Leakey.

Penonton harus tertib, ya!!!

Si Uwa-Uwa yang sok cuek. hihihihihi

Sekitar pukul 12.30, kita sampai di Camp Leakey, dari tempat sandar kelotok, kita jalan dia atsa jalan yang terbuat dari papan kayu, menuju ke information centre.Kalau beruntung kita bajalan ketemu orang utang dan jenis kera lainnya di sini. Tapi hari ini kita kurang beruntung, ya. Di information centre terdapat mini museum yang isinya tentang orang utan. Bahkan, ada silsilah keluarga orang utan juga di sini. Setelah rehat beberapa lama, sambil nunggu rombongan lain, kita jalan kaki, lebih jauh masuk ke dalam hutan. Untuk apa? Nah inilah acara intinya, liat orang utan dikasih makan. Sampai di tempat tujuan, kita duduk di bangku yang sudah disiapkan. Di sini kita harus tenang ya, jangan buat kegaduhan. Sebelum ranger datang, ternyata kita di sambut lebih dulu oleh Uwa-Uwa, dengan santainya dia nangkring di atas dahan. Tanpa peduli semua kamera ngarah ke dia. kkkkkk sok cool dia nya. Setelah menunggu sekitar 30 menit ( karena feeding time nya pukul 14.00-16.00 ), akhirnya kita denger suara ranger dari kejauhan manggil - manggil Orang Utan. Otomatis ya, orang utan ini udah pada hafal suara ranger, jadi please, jangan ngalay ikut teriak - teriak ya. ( kan ada papan segede gaban, Silence Please! ). Sampai di lokasi, Ranger ini ngasih pisang dipanggung, lalu mereka turun dan pindah ke belakang pengunjung, mengawasi dari jauh. Jangan disamain sama di kebun binatang ya, kalau di kebun binatang mereka ngasih makan langsung ke binatangnya, face to face. Tapi ini di hutan, jadi semua hewan di sini adalah hewan liar.

Papan di dekat Information Centre



 Di sini ada beberapa peraturan, di mana jarak aman dari panggung adalah 5 meter, pengunjung tidak boleh makan dan minum di depan Orang Utan, pengunjung tidak boleh duduk di antara Orang Utan Jantan dan Betina, bawa kembali sampahmu ( jangan buang sampah sembarangan ), tidak boleh menyentuh dan mengganggu, dll.

Babi Hutan ikut ambil bagian :)
Gara dan Anaknya
 Setelah lumayan lama nunggu, dan Orang Utan belum muncul juga, kita disuguhi "atraksi" si Uwa - Uwa tadi yang turun ke panggung buat nyuri pisang. Heheheheh. Kelar Uwa-Uwa, datanglah segerombolan babi hutan. Awalnya agak ngeri, gimana kalau mereka lari ke arak kita? Tapi, aman kok, mereka asik sendiri di bawah panggung, meski sesekali mereka mendekat ke arah kita, tapi jaraknya masih aman, Dan lagi, mereka cuma liatin aja, habis itu balik lagi. Daaaaannnn, setelah babi hutan ini, akhirnya muncul juga Orang Utannya. Yups, ada si Ibu yang namnya Gara dan anakknya. Mereka bergelantungan antara dahan ke dahan sampai ke penggung, Excited semua pengunjung, semua perhatian langsung ke arah Ibu anak ini. Pas nyampe di panggung yang udah ada makanannya, si anak mankan duluan dan Ibunya yang bernama Gara ini mengawasi keadaan sebelum akhirnya ikut makan. Selang agak lama, mereka pergi, lompat dari satu dahan ke dahan yang lain. Keren!!!!! Setelah aksi Gara dan anaknya, kembali suara berisik, antara babi hutan yang mungkin berebut makanan. Babi hutannya lumayan gede. Tetiba, si babi hutan yang gede ini bersuara gaduh di bawah panggung. Ternyata oh ternyata, Orang Utang yang lain datang. Meski cuma seekor, tapi ini lumayan gede, pejantan juga. Dari hasil ngobrol-ngobrol berbisik sama Ranger, namanya Tery, umurnya sekitar 25 tahun. Awal mula kita ngira dia ini Tom, samg Penguasa Tanjung Puting, tapi ternyata bukan. Menurut info dari Ranger, sudah 2 tahun Tom tidak menampakkan diri. Tom ini menguasai Tanjung Puting sekitar tahun 2013 ( cmiiw ) setelah mengalahkan pendahulunya atau pemimpin sebelumnya, Kosasih. Menurut Ranger, Tom ini pintar, dia tau Kosasih sedang luka di tangannya, sehingga dia menantang Kosasih duel. Yang berakhir Kosasih akhirnya mati. Di sini manusia tidak boleh ikut campur, ini kehidupan alam liar,hukum rimba yang berkuasa, dan memang begitulah cara Orang Utan menentukan pemimpinnya. Para Ranger di sini mengaku, bahwa mereka masih agak takut dengan Tom, karena Tom masih beringas. Jadi bisa dibilang aku beruntung ga ketemu dia, meski juga penasaran. Sedangkan pendahulunya, Kosasih, punya "aksi" yang lain. Jika ada pengunjung yang dekat dengannya, makan tangan pengunjung tersebut langsung dipegangnya dan langsung ditarik ke dalam hutan yang lebih jauh lagi, dan Kosasih akan melepaskan di tempat yang dia mau lalu meninggalkannya. Kalau sudah begini, biasanya para Ranger akan mengikuti dari belakang, sampai Kosasih melepaskan sanderanya dengan sendirinya. Anjurannya, jangan coba - coba melawan, batang kayu yang tebal dan kiuat saja mampu dia patahkan, apalagi cuma tulang manusia. Ingat ya, Orang Utan 10x lebih kuat dari manusia.

Hehehehehehe
Tery

Pukul 15.30 Guide meminta kami berkumpul, untuk segera kembali ke kelotok. Hari ini tak banyak Orang Utan yang datang, karena sedang musim buah Keratungan di hutan, jadi mereka tak perlu makanan dari para Ranger.
Setelah menempuh 4 jam perjalanan, sekitar pukul 20.00 kita sudah merapat lagi di Tanjung Kumai. Catatan selama perjalanan : jika tidak memesan makanan usahakan bawa makanan yang banyak, 11 jam tota aku di sana kemarin; bawa selimut dan pakaian hangat. Bukan karena di sana dingin, tapi perjalan pulang waktu sudah malam, udara lumayan dingin. Kemudian, kalau mau, bawa baju ganti, karena di kelotok ada kok toiletnya, kita bisa mandi. Apalagi di perjalanan luamyan banyak keringat yang keluar.

Yess, done! Itu cerita aku kemarin ya... Yang ada rencana ke Kotawaringin Barat, boleh dong mampir ke Tanjung Puting.....



2 komentar:

  1. Perjalanan yang seru mantap, masih banyak tempat wisata keren Pangkalan Bun.. salam kenal dari anak Pangkalan Bun ya

    BalasHapus